Disayangkan Pembawaan Isme Agama Ala Rudolf Pardede di Pilgubsu
Senin, 24 Maret 2008 00:17 WIB
Tokoh Agama Prihatin Penggunaan Isu Agama
Medan, WASPADA Online
Kalangan intelektual Islam dan Kristen memprihatinkan penggunaan isu agama oleh sementara elit politik yang mengarahkan masyarakat bahwa pemilihan gubernur (Pilgub) Sumut 2008-2013 sebagai pemilihan agama. Bahkan ada indikasi isu agama digunakan membunuh karakter seorang calon gubernur (Cagub). Mereka menyayangkan beberapa ormas keagamaan ikut dalam isu agama ini.
Pendeta Imanuel G Munthe mengatakan, ajakan memilih pemimpin karena alasan agama, sama sekali tidak memberikan pembelajaran politik yang benar pada masyarakat.
"Sebaliknya, isu agama menjadi aksi pembodohan bermuara kepada perpecahan. Umat mestinya diajak rasional, bukan mebawa-bawa agama untuk urusan politik," tandasnya.
Menurut Munthe, para elit politik semestinya memberikan pembelajaran politik melalui arahan rasional, tidak primordial apalagi sektarian. Sehingga pemimpin yang terpilih figur yang benar-benar mampu membawa daerah ini ke arah yang lebih baik.
Rekannya, Pendeta SP Saragih, juga mengatakan hal serupa. Dia meminta elit jangan menyesatkan masyarakat, untuk kepentingan partai atau golongannya. "Biarkanlah rakyat memilih berdasarkan nuraninya," katanya.
Hal senada dikemukakan intelektual Muslim Azhari Akmal Tarigan. Dia menegaskan, "Isu agama sungguh tidak relevan, apalagi dengan menghadapkan calon yang Muslim dengan non Muslim," kata Azhari Akmal Tarigan, pengajar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan kepada wartawan belum lama ini. Terlebih katanya, dari lima pasang Cagub dan Cawagub, dua pasang di antaranya adalah pasangan ‘pelangi’ Islam-Kristen dan Kristen-Islam.
Jadi kata Azhari, isu agama sungguh tidak tepat dipakai dalam Pilkada Sumut. "Saya sungguh tidak bisa membayangkan, demokrasi seperti apa yang akan terjadi kalau isu agama dijadikan alat," tandasnya. Selain tidak mendidik, menurut dia, ajakan memilih dengan dasar agama hanya akan membuat masyarakat terkotak-kotak dan tidak akan mendapatkan pemimpin yang baik dan benar.
Fungsionaris HMI Sumut itu juga memprihatinkan adanya indikasi pembunuhan karakter (character assassination) dilakukan sementara elit politik dan pendukungnya, demi mengganjal lawan politiknya.
Sebelumnya, Gubsu Rudolf M.Pardede telah mengajak masyarakat memilih Cagub yang seiman (Kristen). Rudolf mengutip Alkitab Galatia 6:10, agar umat Kristen memilih pemimpin yang seagama. Meski tidak menyebut nama, ajakan ditujukan untuk RE Siahaan, yang dimajukan Partai Damai Sejahtera (PDS), PKB dan beberapa partai kecil lain. Walikota Pematang Siantar itu adalah Cagub yang beragama Kristen.
Forum Suara Umat Islam (FSUI), terdiri dari Ormas Islam juga menyerukan umat agar memilih pasangan Abdul Wahab Dalimunthe/Raden M Syafii sebagai satu-satunya pilihan umat Muslim.
SementaraKetua Baitul Muslimin Indonesia Sumut, Anwar Noor Siregar mengatakan, "Pilkada bukanlah pemilihan agama. Tapi pilihlah gubernur yang mengerti agama dan negara. Karena amannya negara membuat amannya rakyat menjalankan agamanya," katanya.
Tokoh Agama Prihatin Penggunaan Isu Agama
Medan, WASPADA Online
Kalangan intelektual Islam dan Kristen memprihatinkan penggunaan isu agama oleh sementara elit politik yang mengarahkan masyarakat bahwa pemilihan gubernur (Pilgub) Sumut 2008-2013 sebagai pemilihan agama. Bahkan ada indikasi isu agama digunakan membunuh karakter seorang calon gubernur (Cagub). Mereka menyayangkan beberapa ormas keagamaan ikut dalam isu agama ini.
Pendeta Imanuel G Munthe mengatakan, ajakan memilih pemimpin karena alasan agama, sama sekali tidak memberikan pembelajaran politik yang benar pada masyarakat.
"Sebaliknya, isu agama menjadi aksi pembodohan bermuara kepada perpecahan. Umat mestinya diajak rasional, bukan mebawa-bawa agama untuk urusan politik," tandasnya.
Menurut Munthe, para elit politik semestinya memberikan pembelajaran politik melalui arahan rasional, tidak primordial apalagi sektarian. Sehingga pemimpin yang terpilih figur yang benar-benar mampu membawa daerah ini ke arah yang lebih baik.
Rekannya, Pendeta SP Saragih, juga mengatakan hal serupa. Dia meminta elit jangan menyesatkan masyarakat, untuk kepentingan partai atau golongannya. "Biarkanlah rakyat memilih berdasarkan nuraninya," katanya.
Hal senada dikemukakan intelektual Muslim Azhari Akmal Tarigan. Dia menegaskan, "Isu agama sungguh tidak relevan, apalagi dengan menghadapkan calon yang Muslim dengan non Muslim," kata Azhari Akmal Tarigan, pengajar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan kepada wartawan belum lama ini. Terlebih katanya, dari lima pasang Cagub dan Cawagub, dua pasang di antaranya adalah pasangan ‘pelangi’ Islam-Kristen dan Kristen-Islam.
Jadi kata Azhari, isu agama sungguh tidak tepat dipakai dalam Pilkada Sumut. "Saya sungguh tidak bisa membayangkan, demokrasi seperti apa yang akan terjadi kalau isu agama dijadikan alat," tandasnya. Selain tidak mendidik, menurut dia, ajakan memilih dengan dasar agama hanya akan membuat masyarakat terkotak-kotak dan tidak akan mendapatkan pemimpin yang baik dan benar.
Fungsionaris HMI Sumut itu juga memprihatinkan adanya indikasi pembunuhan karakter (character assassination) dilakukan sementara elit politik dan pendukungnya, demi mengganjal lawan politiknya.
Sebelumnya, Gubsu Rudolf M.Pardede telah mengajak masyarakat memilih Cagub yang seiman (Kristen). Rudolf mengutip Alkitab Galatia 6:10, agar umat Kristen memilih pemimpin yang seagama. Meski tidak menyebut nama, ajakan ditujukan untuk RE Siahaan, yang dimajukan Partai Damai Sejahtera (PDS), PKB dan beberapa partai kecil lain. Walikota Pematang Siantar itu adalah Cagub yang beragama Kristen.
Forum Suara Umat Islam (FSUI), terdiri dari Ormas Islam juga menyerukan umat agar memilih pasangan Abdul Wahab Dalimunthe/Raden M Syafii sebagai satu-satunya pilihan umat Muslim.
SementaraKetua Baitul Muslimin Indonesia Sumut, Anwar Noor Siregar mengatakan, "Pilkada bukanlah pemilihan agama. Tapi pilihlah gubernur yang mengerti agama dan negara. Karena amannya negara membuat amannya rakyat menjalankan agamanya," katanya.
Post a Comment