Header Ads

Sejarah dan Peninggalan Kerajaan Dolok Silau

Dolok Silau adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia dengan Saran Padang sebagai ibukotanya.

Etnis mayoritas yang mendiami kecamatan ini adalah Batak Simalungun, namun di beberapa nagori (desa) seperti Cingkes, Bawang, dan Paribuan, lebih didominasi etnis Batak Karo.

Mata pencaharian penduduk adalah bertani. Komoditas pertanian utama adalah sayuran dan buah-buahan.

Menurut sejarah Kerajaan Dolok Silau dari kitab Pustaha Bandar Hanopan di Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun bahwa Purba Dasuha adalah marga yang muncul kemudian dari Kerajaan Silau di Simalungun sekitar tahun 1450. Menurut pustaka lama itu, adapun mulanya adalah dari ucapan “si” artinya “orang” dan “Da” artinya “sang”, serta “suha; dari kata “suha-suha” artinya “sisa-sisa minuman tuak/aren”. Jadi Sidasuha artinya: “orang yang dijuluki sebagai peminum suha-suha (sisa-sisa tuak). Munculnya julukan ini pertama kali di Silau Buttu (suatu kampung di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun sekarang). 

Kisahnya berawal dari pertengkaran dari dua orang putera raja Silau yang bersaudara kandung. Menurut kisah, Raja Silau bermarga Purba Tambak mempunyai dua orang putera, putera tertua seorang petualang yang pekerjaannya sehari-hari “mardagang” (mengembara) dan berjudi. Menurut adat kerajaan, putera tertua inilah yang kelak menggantikan ayahnya menjadi raja. Anak yang bungsu seorang petani yang baik, suka berladang dan pendiam. Pekerjaannya sehari-hari hanya mengurus tanamannya dan pekerjaan sambilannya sehabis berkebun adalah “maragad” (mengambil tuak dari pohon enau).

Baca selengkapnya